Ordinary Confession

Hobi
7 min readJun 12, 2023

--

Gevariel sudah sampai di sekolah dasar tempat dimana Yesaya belajar setiap hari kecuali hari sabtu dan minggu. Dia duduk di kursi penumpang bagian belakang dengan pak Bandi yang menyetir untuknya.

Biasanya, penjemputan Yesaya dilakukan oleh salah satu dari orang tua mereka. Supaya menambah quality time antara orang tua dan anak walau hanya sebentar. Tetapi kali ini keduanya berhalangan. Sebab ibunya harus mengikuti kegiatan bersama komunitas sesama wanita. Sedangkan ayahnya, belum kembali dari dinas.

“Abang, yesa capeeeekkk banget.” Yesaya berucap sambil mendudukan dirinya dengan napas yang terengah-engah. “Pramuka itu, bikin capek banget ya ternyata? Yesa nggak mau pramuka lagi rasanya. Tapi yesa PINRU!! Pimpinan regu bang..”

Gevariel merespon ocehan adiknya dengan senyuman tipis dan memberikan Yesaya sebotol minuman dan mengarahkan AC kepada adiknya yang terlihat sangat kegerahan dan mencari-cari sumber dingin yang menyejukkan. “Pantesan kamu pulangnya kok tumben jam dua-an begini.”

Yesaya membuka tutup botol minuman itu setelah menerimanya, “Lebih enak pulang jam sebelas siang.”

“Kalo itu sih, abang juga mau yes.”

Yesaya hanya terkekeh jenaka, “abang gimana sama kakak cantik?”

Pak Bandi melirik ke belakang dan Gevariel langsung kelabakan. Ia memberikan tanda diam menggunakan jari telunjuk pada bibirnya dan Yesaya langsung tertawa tanpa dosa, “iya-iya sssssuutttt.”

“Baik kok, semua lancar.” Gevariel melirik ponselnya, “abang ada rencana ke rumahnya. Kamu nanti langsung turun aja ya waktu sampai rumah?”

“Loh abang, yesa juga mau ikut!”

“Lain kali aja yes, abang janji nanti abang ajak kalau udah kondusif.”

“Bener ya?”

“Bener, Yesaya.”

Pada akhirnya adik kecil yang manis itu menuruti permintaan kakaknya. Yesaya benar-benar turun dari mobil setelah sampai di rumah mereka, ia melambaikan tangan ke arah Gevariel dan tersenyum. Anak itu bahkan menyemangati supaya hubungan masa depan Gevariel dan Rui Shen lancar.

Gevariel membuka ponselnya, mengetikan sesuatu kepada pemilik hatinya.

Pertanyaan konyol, menurut Gevariel. Karena dia tahu betul bahwa Rui Shen adalah maniak Stroberi yang tidak perlu ditanyakan rasa sukanya kepada buah itu. Mungkin bisa dibilang, perasaan Rui Shen kepada stroberi adalah perasaannya untuk sang pemilik rambut pirang menyala.

Gevariel tersenyum senang sambil menunggu balasan. Alamat sudah dia dapatkan sebelumnya lewat sambungan telepon bersama Vicky Zhang yang super singkat karena ternyata Vicky tidak bisa menggunakan ponselnya dan hanya membuka facetime (tanpa wajah, karena keduanya mematikan kamera) lewat mac.

“Pak Bandi, tolong kita ke papaya dulu. Setelah itu kita ke perumahan PIM 1. Saya perlu mengunjungi teman.”

Pak Bandi hanya mengiyakan, sedangkan Gevariel langsung kembali kepada ponselnya sambil menunggu balasan gemas berikutnya dari Rui Shen yang pastinya sekarang sedang bertanya-tanya siapa yang membantunya mendapatkan alamat.

Gevariel benar-benar jadi gemas sendiri. Ia segera mengetik sesuatu kembali.

Gevariel menyeringai karena taktiknya berhasil dengan begitu mudah. Ia berterimakasih kepada buah merah yang masih satu rumpun dengan beri itu. Gevariel mematikan ponselnya dan memasukannya ke dalam saku. Tidak sabar untuk sampai di rumah pujaan hatinya karena ini adalah kali pertama Gevariel mengunjungi rumah Rui Shen.

Memasuki gerbang perumahan elite, pak Bandi menurunkan kaca mobil bagian supir dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari satpam kepadanya. “Bilang ingin mengunjungi rumah no. 20 pak, saya temannya.” Kata Gevariel membantu dan tentu pak Bandi melakukan apa yang diperintahkan oleh sang Raden.

Mobil akhirnya berjalan kembali, menurut arahan pak Satpam tadi, rumah nomor duapuluh berlokasi dipaling pojok dengan pagar hitam yang amat tinggi. Ternyata memang begitu adanya. Dengan desain amerika klasik, rumah tempat tinggal Rui Shen ini jelas elegan dan cukup megah namun tidak berlebihan. Bisa dibilang, gaya orang kaya lama. Walau untuk perumahannya sendiri, tidak setua itu.

Gevariel akhirnya turun dari mobil dan mendekati pagar. Bersama dengan sekantung stroberi dan cokelat, ia menekan tombol pada layar yang ditempatkan persis di tembok untuk melihat tamu atau siapapun yang datang untuk memasuki rumah keluarga Rui Shen.

“Siapa ya?”

Suara tidak dikenal. Bukan suara Vicky Zhang juga karena ini jelas suara laki-laki.

“Gevariel Abraham-

“Ada urusan apa?”

Ge!” Seru suara lain. “ràngkāi! (minggir)” Kalau ini Gevariel jelas mengenalinya. Suara Rui Shen yang kentara sekali sebalnya sampai Gevariel bisa mendengar Rui menepuk lengan orang yang entah namanya siapa itu. Mereka berbahasa mandarin pula. Gevariel tidak mengerti apapun.

bù​yào! (tidak mau)”

Nǐ! zěn​me bù​yào?! I need to talk and let him in. Move for real, Hao ge.” Rui Shen sekarang suaranya semakin jelas, “Sorry for that, Gevariel. You can coming in. Gerbangnya nanti terbuka sendiri.”

Akhirnya Gevariel bisa memasuki rumah Rui Shen dan langsung melihat wajah berbahagia milik yang lebih tua karena mengetahui kantung stroberi yang dibawanya terlihat penuh. Di sebelahnya ada seseorang yang sama tingginya dan berwajah memesona. Mungkin itu orang yang sama dengan pemilik suara tidak dikenal.

“Ayo ke kamar!” Kata Rui Shen berseru sambil memeluk lengan Gevariel. Ia bahkan juga sudah mengambil alih kantung belanjaan yang dibawa oleh Gevariel untuknya.

“Anak zaman sekarang, pacaran-nya langsung di kamar.” Komentar lelaki tadi.

“Jangan pedulikan kakak sepupuku. Ayo naik?”

Ternyata orang itu adalah sepupu Rui Shen. Gevariel menurut dan mengikuti Rui ke kamarnya sambil memberikan senyum canggung kepada kakak sepupu itu sebagai bentuk kesopanan. Ia bahkan menundukkan kepalanya sedikit, memberikan gestur “mari kak, duluan.” Sebelum sepenuhnya fokus kepada Rui Shen yang kini masih memeluk lengannya.

Sesampainya di kamar, Gevariel dipersilahkan untuk duduk di sofa yang ada di kamar Rui. Yang lebih tua memamerkan sebuah piring putih bertekstur, “aku sampai sudah siapkan piring untuk stroberi dan cokelatnya!”

Gevariel tersenyum, “Kamu.. prepare banget?”

“Jelas,” balas Rui Shen lalu duduk disebelah Gevariel. “Mana sini,” katanya sambil menerima sekotak stroberi dan piring putih tadi dia letakkan di pangkuannya. Rui Shen terlihat telaten menata stroberi merah itu dan begitu juga dengan cokelat yang ia patahkan satu persatu. Gevariel hanya menyimaknya. Belum berani mengajak berbicara karena sepertinya Rui serius sekali.

Why are you so quiet?

“I don’t want to distract you.”

Seriously, Geva. Nggak kok.” Balas Rui Shen sambil mencoba satu buah stroberi ke dalam mulutnya. Ia terkejut, “eh, ini enak banget Gev!” Rui Shen mengambil satu buah stroberi lagi dan mengarahkannya kepada Gevariel. Mengharapkan sang lelaki Virgo akan membuka belah bibirnya dan ikut merasakan stroberi dari Rui.

Ya Tuhan jantungku, Gevariel sudah tidak sanggup. Jantungnya berdebar begitu cepat sampai di titik dimana dia tidak bisa pikir panjang dan membuka belah bibirnya tanpa dia sadari. Matanya masih menatap manik Rui Shen yang berbinar-binar, menunggu respon Gevariel.

“Enak kan, G?” Tanya Rui Shen.

“Iya.. ” Balas Gevariel seadanya. Jantungnya masih belum tenang dan kali ini dia harus mengalami debaran yang berlebih lagi ketika harus membuka mulutnya kembali karena ada cokelat yang datang. “I’m so grateful kamu masih ingat kesukaanku Gev. Termasuk this chocolate and strawberry. Thank you so much for this.”

I remember everything about you, Rui Shen.

I still even got your first smile to me captured in my mind.

“Rui Shen,” kata Gevariel tanpa ragu menyebutkan nama lengkap lawan bicaranya. “I like you.” Secara spontan Gevariel mengulang kembali perkataannya di iMessage secara tiba-tiba. Tentu saja orang yang menerima perkataan itu terkejut bukan main.

Sebelum Rui Shen berbicara, Gevariel sudah berkata kembali, menjelaskan tanpa ditanya. “I like you since the moment I saw you at the summer the camp that we attended two years ago. We.. barely knew each other names at that time. But I surely know I got feelings of floating without you even saying hi to me. And when you did, I thought living as a human being is not bad after all. My dream to be a tree in the garden of Buckingham Palace is not even make sense anymore when it doesn’t even make sense in the first place.

Rui Shen malah terkekeh sebagai responnya. Mampus, Gevariel mempertanyakan dirinya sendiri pernyataan cinta ini termasuk terlalu cepat dan impulsif. Respon Rui Shen tidak terlihat terharu atau apapun, yang lebih tua malah menatapnya dalam. “Buckingham Palace’s tree? Are you for real Geva?”

It’s a random dream. I don’t even know what I’m going to do back then.” Gevariel lanjut membela diri, “but my feelings for you are not as random as my dream. I like you, Rui Shen. More than friends ever could have.”

“Geva..”

I know, it’s too sudden and you’re not obligated to make this feeling mutual at all. I respect your decision whatever it is.

Stop with your pessimistic!” Rui Shen menegur sambil menghela napasnya. “I like you too Gevariel, could you be more confident? Doesn’t it obvious?

Gevariel terdiam membeku, anjir.. gua gak bertepuk sebelah tangan nih?

“Geva,” Rui Shen memanggil namun Gevariel tidak merespon apapun. Membuat yang lebih tua beberapa bulan menyingkirkan piring dari pangkuannya dan diletakannya di nakas dekat sofa kamar. Ia mendekatkan diri kepada Geva dan memberinya kecupan di pipi. “Sadar.”

Gevariel melebarkan matanya. Membuat tampilan wajahnya seperti melototi kelakuan Rui Shen dan membuat pelakunya tertawa kecil. “Geva-

Sebelum akhirnya perkataan itu Gevariel sela dengan jemarinya yang mulai meraih wajah mungil Rui Shen dan mengusap belah bibir Rui Shen. “Can I…?

Yes, yes. You can.” Rui Shen memberikan Gevariel izin untuk melakukan apapun yang ingin remaja lelaki itu lakukan. Gevariel benar-benar terasuki keberanian entah darimana begitu dia mengecup belah bibir Rui. Merasakan sensasi stroberi manis bercampur dengan cokelat yang begitu nikmat. Even Rui’s breath smells like a sweet strawberry.

Gevariel mengusap wajah Rui Shen saat mereka menyelesaikan perlakuan itu dengan wajah keduanya yang sama-sama memerah dan jantung berdebar.

“I will be always by your side, Rui Shen.”

“Boyfriend?”

“Boyfriend.”

Harry Zhang or called by his chinese name Hao, Rui Shen’s (older) cousin and Vicky Zhang’s big brother.

--

--

No responses yet