Raksa memerlukan waktu lima menit berjalan kaki untuk sampai di lapangan basket tempat dimana kekasihnya sedang bermain bersama teman-teman yang dia tidak tahu jumlahnya berapa. Di rumahnya, Raksa memiliki berlusin-lusin minuman bersoda dengan kaleng merah yang tadi ia update di akun twitter publiknya. Tapi karena tidak tahu jumlah teman-teman Gavin, Raksa memutuskan membawa duabelas kaleng soda dingin dan berharap itu cukup.
Tanpa perlu memanggil Gavin, kekasih Raksa itu sudah langsung sadar atas kehadirannya. Yang lebih tinggi buru-buru menghampiri Raksa dan mengambil alih kotak pendingin berisi minuman soda, “ayang ini berat banget loh. Harusnya kamu bawa satu atau dua aja.”
“Temen-temen kamu pasti kan haus.” Raksa merengut, “masa pelit sama temen sendiri?”
“Maaf, salah aku. Harusnya aku yang nawarin bantu bawain dari rumah kamu.” Ungkap Gavin tanpa perlawanan sambil menggandeng jemari Raksa di tangan kanan disaat yang kiri menggenggam genggaman kotak pendingin.
Raksa dituntun sampai ke pinggir lapangan dimana ada tempat duduk, kotak pendingin itu di taruh di sebelah Raksa. Genggaman antara Gavin dan Raksa juga terlepas dan yang lebih muda bersuara, “mau go public disini ngga? temen-temenku baik. Apalagi…” Gavin menepuk punggung Raksa, “ada Galang tuh.”
“Kalau ada Galang terus kenapa?”
“Ya aku mau iseng aja. Emang gaboleh?”
Raksa menghela napas, “terserah kamu. Toh aku yakin seratus persen Galang tuh nggak suka aku, vin.”
“Ya.. yaudah. No offense kan?”
Gavin kemudian bertepuk tangan beberapakali, “GUYS! REHAT DULU NAPA! COWO GUE BAWA COLA NIH!”
Raksa tidak pernah semalu ini dalam hidupnya. Ia melirik Gavin tajam sedangkan kekasihnya itu hanya tersenyum jahil membalas ekspresi raksa tanpa berdosa. Ia ingin pergi. Ingin MINGGAAATTTTT.
“WUIH, thanks ya cowoknya Gavin.”
Gavin menyadari ekspresi raksa yang berubah, “Cowo gue punya nama —
“Namanya Raksa Pirata bang. Ya ‘kan kak?”
Galang… ya? batin Raksa dan setelahnya bersuara, “Iya. Kamu Galang yang ketos itu bukan?”
“Iya itu saya,” Galang mengambil satu cola, “thanks ya, kak Raksa.”
“Sama-sama.”
“Oh, sorry rak. Gue Jordan,” akhirnya yang tadi salah menyebut memperkenalkan dirinya. Raksa membalas dengan senyum, menyalami Jordan dan berkenalan ulang. Sedangkan Galang sendiri mengambil posisi di seberang Gavin dan Raksa, karena ada kursi juga di sisi sana. Memiliki kepekaan tinggi, Jordan juga bergabung bersama Galang dan teman teman lain yang sebelumnya sudah berterimakasih pada Raksa.
“Kayaknya bener deh, dia nggak suka kamu.” Gavin tiba-tiba berpendapat sambil mengarahkan pandangan pada Galang.
“Gavin, dari awal ‘kan aku juga bilang gitu!” Raksa jengah, “pemikiran kamu tuh random banget tau nggak?”
“Ya namanya juga ketar-ketir, yang. Cowokku tuh paling sempurna sedunia.”
“Lo alay banget serius.’
“Apa iya?” Gavin memeluk Raksa tiba-tiba, “ Makasih ya, udah rela gotong-gotong minuman demi aku.”
“GAVIN! KAMU KERINGETAN BANGET LAP DULUUU”
“Lap-in dong ay, kamu ‘kan bawa.”
“LEPAS DULU BISA GAK?”