Gevariel’s first day of School

Hobi
6 min readJun 5, 2023

--

“Selamat pagi pak Bandi,” Gevariel menyapa sopir keluarga Abraham (yang lebih sering menyetir untuk ayahnya) ketika berpapasan di garasi rumah yang muat tiga mobil dan beberapa motor. Pria paruh baya itu mengangguk dan membalas salam Gevariel. Setelahnya orang itu bersuara lagi, menghentikan kegiatan si anak sekolah menengah atas yang sudah ingin menaiki motornya.

Den Geva, saya yang antar raden untuk ke sekolah.” Katanya dan mendapati Gevariel menatap bingung sebagai jawaban. Raden adalah panggilan untuk anak-anak keluarga Abraham bagi para pengasuh yang sekarang menjadi asisten rumah tangga dan juga para pekerja keluarga Abraham lainnya.

Hal itu tentu saja termasuk Yesaya Abraham, adik Gevariel yang dipanggil dengan sebutan persis seperti kakaknya. Keduanya berbeda tiga tahun. Saat ini Yesaya duduk di kelas 6 sekolah dasar. Dia baru saja naik kelas. Sedangkan Gevariel, memutuskan pindah sekolah saat kenaikan dari kelas 8 alias kelas dua sekolah menengah untuk memasuki Freshman Year (setara dengan kelas 9 SMP, sebab JIS menganut sistem pendidikan amerika yang sekolah menengah atas-nya dimulai dari kelas 9 – 12) di Jakarta Intercultural School.

“Papa gimana, pak?”

“Loh, bapak sudah berangkat daritadi. Hari ini ada dinas diluar kota.” Balas pak Bandi.

Pantas saja Gevariel tidak melihat ayahnya pulang sehabis jalan-jalan pagi bersama Eumpappa, anjing peliharaannya. Ternyata sudah pergi lebih dulu tanpa memberi kabar. Atau mungkin dia saja yang tidak membuka grup keluarga Abraham.

Den, ayo berangkat? Daerah pondok indah macet lho. Terutama para pekerja kantoran dan anak sekolah seperti den Geva.”

Disadarkan oleh pak Bandi, Gevariel langsung mengiyakan dan menaiki mobil yang biasa dipakai ayahnya, Mercedez Benz. Dia duduk dibelakang dengan tas sekolahnya. Gevariel menarik napas panjang, membuka ponselnya dan mendapati pesan dari tambatan hatinya, Rui Shen. Seorang teman berkebangsaan Tiongkok yang jelas tidak mengherankan jika ternyata dia bersekolah di sekolah internasional seperti JIS.

Gevariel tersenyum membacanya. Dengan segera ia mengetikan jawaban atas dugaan Rui Shen. Kurang lebih, begini.

Rui Shen ini sosok yang menggemaskan. Gevariel semakin suka dengan tingkahnya walau hanya lewat layar ponsel. Dia pun akhirnya mencoba shoot his shot kepada Rui dengan membalas kembali,

Mobil berhenti dan pak Bandi mempersilahkan tuan muda-nya untuk turun. Pria itu bahkan menyemangati sang raden di hari pertamanya. Keloyalan pak Bandi kepada keluarganya memang pantas diacungi jempol. Sudah sepuluh tahun pak Bandi menjadi sopir keluarga Abraham. Tentu saja, wajar jika pria paruh baya tersebut memberikan semangat tanpa takut dianggap ikut campur.

Gevariel berterimakasih, lalu melihat sekeliling. Langkah kakinya membawanya menyadari ukuran sekolah yang menurut Gevariel diluar ekspetasi karena berkali-kali lipat dari sekolah lamanya. Sekolah barunya ini benar-benar besar, dan dia harus mencari Rui Shen segera.

Dia mengambil peta sekolah yang tersedia di awal masuk. Mungkin peta itu memang disediakan untuk anak-anak baru sepertinya yang memang butuh bantuan, atau sekedar sebagai alat pembantu bagi orang tua yang kebingungan mencari kelas anaknya. Intinya, peta itu sangat membantu sekali. Dia bisa melangkah dengan sedikit kepastian walau masih celingak-celinguk.

“Geva! Gevariel!”

Merasa terpanggil, Gevariel menoleh. Mendapati seorang lelaki dengan rambut pirang melambaikan tangan kearahnya. Ia langsung berlari kecil kearah Rui Shen, dan tanpa disangka Rui Shen langsung memeluknya tanpa ragu sambil tersenyum ceria. Jantung Gevariel rasanya mau copot.

Anjing, dipeluk cok.

I miss you, glad kamu tidak nyasar.”

Miss? KANGEN? COY???

Pelukan mereka direnggangkan dan Gevariel tersenyum. Membalas senyuman Rui Shen yang begitu manis. “Well, thanks to the map. Otherwise I will be lost, totally.

Belum bercakap, Gevariel melanjutkan. “Anyway yeah, I miss you too.”

Ugh, love birds.” Ungkap seorang perempuan yang cukup tinggi dengan heels. Dia berpenampilan modis dengan rambut hitam bergelombang indah. Memakai bando berwarna merah muda dan riasan-nya begitu ciamik. Perempuan itu adalah satu dari dua orang yang bersama Rui Shen.

Satu lainnya, seorang lelaki, ikut berbicara, “you look like one of us.”

Gevariel menatap orang itu bingung. “What do you mean?

Entah apa maksudnya, tapi proporsi tubuh lelaki dihadapannya begitu memukau. Orang ini tinggi, sama seperti dia dan Rui. Namun perbedaannya ada pada tubuh yang atletis dan garis rahang yang tegas. Cukup keren dan sesungguhnya, Gevariel merasa terintimidasi dengan pakaian serba hitam lelaki itu.

Eum, Geva. This is Gunwook Park from South Korea, and Vicky Zhang my cousin. We are all in the same grade which is freshmen

Oh.. nice to meet you both. I’m Gevariel Abraham.

You’re one of the three BTI’s awardee?!” Gunwook Park terlihat terkejut, “your boyfriend is smart as hell and you didn’t share a bit with us Rui? Really?

“Err…” Rui ingin membantah tapi sudah disela lagi, “it’s amazing to see a korean smarter than me.”

Please gunwook, he’s not even korean.

But seriously you do like korean, let me test, myeot sariya?

Uh… what?

“Dia sepertinya bukan orang korea, hanya mirip.” Vicky Zhang menyimpulkan. “Anyway, he’s asking about your age, Geva.”

Vicky Zhang ini bisa berbagai bahasa atau bagaimana?

“Oh.. aku.. enambelas tahun.” balas Gevariel, “sebenarnya I do punya keturunan korea selatan, dari kakek pihak ibu. Tapi jujur, nggak bisa berbahasa korea sama sekali.”

“Sayang sekali, padahal Korea sudah mulai global, kamu setidaknya perlu belajar budaya leluhurmu.” Balas Gunwook Park.

Gevariel mengangguk canggung, dia bersyukur langsung diselamatkan Rui Shen dari posisi itu. Karena tentu saja, bukan keinginannya juga melupakan leluhurnya yang dari negara lain. “Guys, Geva butuh school tour sebelum masuk kelas. Sudah dulu ya?”

Akhirnya keduanya meninggalkan Gunwook dan Vicky. Berjalan berdampingan dengan jemari Rui Shen di lengan Gevariel bagian kiri membuat Gevariel tidak bisa menahan senyumnya. “Geva, kita punya lapangan yang luas sekali. Disini, biasanya menjadi tempat bertanding kalau JIS jadi tuan rumah IASAS.”

IASAS adalah kependekan dari Interscholastic Association of Southeast Asia Schools (IASAS). Biasanya mereka berganti-ganti tuan rumah tergantung di sekolah mana yang merupakan bagian dari asosiasi tersebut. Tentu saja, sekolah itu adalah sekolah yang memiliki prinsip sejalan dengan JIS dan masing-masing sekolah yang tergabung dalam asosiasi berbeda negara.

“Lambang JIS adalah Naga, alias Dragons. ” Kata Rui Shen dan Gevariel merasa lengannya dipeluk lebih erat. Dia tidak tahu Rui Shen se-clingy ini. “If you athletic enough like Gunwook, kamu mungkin bisa ikut join IASAS. Mewakili JIS.”

“Apa kamu suka cowok atletik?”

Huh?”

What kind of guy do you like?” Gevariel terus terang dan melupakan fakta dia sekarang mengantar Rui di luar topik pembicaraan. Genggaman Rui Shen pada lengannya melonggar dan jemarinya menahan Rui untuk melepaskan (seandainya memang dia berpikiran seperti itu).

I like the guy I met on Summer Camp.

Vicky Zhang (aka Jang in korean, but her family decided to use her Dad’s surname for her legal name), freshman, south korea citizenship (following her mom’s).

Gunwook Park, freshman, south korea citizenship. One of the excellent student.

Pak Bandi is an Original Character.

--

--

No responses yet