Basement

Hobi
3 min readJul 13, 2023

--

Hello princess,” Bumintara disambut dengan mulut manis milik kekasihnya yang kini pipinya ia kecup. Yang lebih muda duduk di sebelah sang penyetir lalu tangannya dibuat menerima suatu paperbag yang dia tidak tahu isinya apa. Dia menoleh kearah Sagara dengan tatapan penuh tanya.

“Ini apa?”

“Croissant, just incase kamu masih lapar. Tufting lama ‘kan? Berjam-jam.”

“Thank you..” cicit Bumintara, “tau nggak sih kak? Aku sebel banget BETE sebenernya hari ini.”

“Loh, katanya kamu having fun?” Soobin bertanya balik sambil menjalankan mobilnya. Dia melirik sedikit kearah yang lebih muda, Bumintara sedang membuka packaging dengan bibir yang dikerucutkan. Sangat lucu.

“Masa Haris ngomong asal ceplos, bilang jangan temenan sama Ryan.”

“Ryan yang waktu itu?”

“Iya! Padahal anaknya baik. Temenin aku kemana-mana kalau kakak, Jenna, Haris sama kak Mima nggak bisa temenin. Lagian ya, Ryan tuh temen sejurusan aku!”

Sepanjang perjalanan diisi oleh ocehan Bumintara tentang Haris yang begini dan begitu. Tentu bagian dimana Haris menuduhnya yang tidak-tidak ia lompati karena tidak mau membuat salah paham. Bumintara berkata sejujur-jujurnya, termasuk tentang si Alexander Ruinaka.

“He’s so cool like, baru kali ini aku liat orang sekeren itu di bidang seni. Tapi sayangnya dia nggak ambil seni.”

“Oh ya? Ambil apa dia?”

“Lupa,” balas Bumintara. “Kalau nggak salah sih Bisnis gitu? I don’t know, typical nerusin perusahaan bokap nyokapnya kali ya?”

Sagara mengangguk paham, dia berusaha merespon semua cerita Bumintara dengan maksimal dan berakhir baik. Bumintara merasa di dengarkan. Hening sejenak membuat Bumintara berpikir,

Mungkin alasan Haris waswas padanya karena mantan pacarnya tidak seperti Sagara yang pengertian.

Mungkin alasan Haris takut dia bergaul dengan orang seperti Ryan karena orang itu punya banyak kenalan (yang padahal Haris pun begitu) tidak baik. Persis seperti salah satu teman mereka yang mengenalkan Bumintara pada mantan kekasihnya dulu.

Mungkin alasan Haris begitu perhatian, karena takut sahabat terdekatnya tersakiti lagi.

Mendadak, tanpa disadari, Bumintara tersenyum tipis sambil membereskan bekas bungkus Croissantnya. Sepertinya dia harus berbaikan dengan Haris Baghawanta Nareswara.

Sagara melambaikan tangan di depan Bumintara, mengingatkannya mereka sudah sampai di basement apartemen. “Why so smiley?”

“Kayaknya, aku nggak marah sama Haris lagi.”

“Suddenly?”

“Thanks to you.”

“Aku?” Sagara benar-benar bingung. Matanya yang bulat seperti kelinci lucu membawa Bumintara menangkup wajah yang lebih tua. “You’re the best thing that ever been mine. Do you know that kak?”

“Hah.”

“My friends praise you, my parent loves you, my family cherish you.” Bumintara masih di posisi yang sama, “I know ini aneh. Random. Tiba-tiba karena aku bilang gini but, kalo aku masih cari yang lebih dari kamu, rasanya aku nggak tahu diri deh.”

Bumintara melepaskan tangkupannya. Ia menatap Sagara lagi, “for real.”

“Did someone mentioned that?”

“Did Haris —

“Nggak, bukan.” Bumintara langsung memotong dan melindungi kekasih dari Katarina yang merupakan sahabat karibnya itu. “Cuman randomly pop up. Tadi banget. Soalnya, aku nggak nyangka kamu ada waktu disaat kamu sibuk-sibuknya persiapan PPDS. You love me that much ya?”

“Pake nanya?” Sagara menarik pergelangan Bumintara dengan lembut, mencium telapaknya dan menaruh tangan itu pada wajahnya. “I love you very much. I will drop everything if you want.”

“Termasuk spesialis?”

Sagara reflek terdiam.

“Kak!” Bumintara cengengesan. “Bercanda sumpah. Jangan tegang gitu!”

--

--

No responses yet