Gevariel kembali memasuki kelas yang diisi duapuluh orang dengan senyum merekah. Ia duduk di sebelah Rui Shen dan di depan mereka Gevariel baru menyadari ada Gunwook Park dan juga Juan Mahardika yang duduk bersama. Rui menoleh kearahnya, membuat Gevariel memberikan tatapan penuh pertanyaan. “Kenapa?”
“Do you already think of what you want to do for the CAS?”
CAS, Gevariel bahkan tidak tahu itu apa. Rui Shen begitu peka hingga menjabarkannya tanpa perlu ditanya, “It stands for Creativity, Activity, and Service.” Singkatnya, itu adalah pembelajaran diluar sekolah yang murid sekolah berkurikulum internasional harus lakukan. Murid sebagai yang ditugaskan juga perlu mencatat, mendokumentasikan dan melaporkan apa saja yang dilakukan kepada kordinator sebagai laporan.
“I haven’t think of anything, really.” Gevariel berkata jujur, “It’s my first time and maybe I need time to catch up.”
Juan Mahardika mendengar itu. “It’s okay bro, gua juga pas first time disini kinda shock but let it flow. Lo jago apa?”
Gevariel belum sempat menjawab, “soalnya CAS gampang banget kalo lo jago sesuatu. Contohnya gua, gue taekwondo sabuk hitam. Atau mungkin Rui, bisa do arts.”
“It’s actually not only about jago, lebih kepada kamu berperan sebagai orang seperti apa di dunia ini bebarengan dengan statusmu menjadi murid JIS.” Gunwook menimpali. “That’s why there are three kinds; Creativity, Activity, and Service. A lot of people out there doing the activity one though.”
“So I can choose?”
“Make sure three of them connected. That’s my advice.” Kata Gunwook.
“Kalau you need any help, bilang ke aku. I can help you G.” Ungkap Rui sambil tersenyum dan membuat Juan memutarkan bola matanya, “pacaran tau tempat dikit, kek.”
Rui Shen malah semakin jahil dengan memeluk lengan Gevariel dan mengelus manja. Seperti kucing yang butuh kasih sayang, “don’t be jealous, Juan. Go cari pacar!”
Pukul dua siang area lobby sekolah sudah dipenuhi oleh murid-murid yang menunggu supir mereka. Sepasang kekasih yang baru menginjak hubungan selama dua minggu memutuskan untuk lebih kepinggir karena baik Gevariel atau Rui tidak mau ditengah lautan manusia. Bisa-bisa mereka terdesak secara tidak nyaman. Terutama Rui Shen, dia paling anti dengan keramaian yang berlebihan.
Gevariel menautkan jemarinya pada Rui hingga keduanya berpegangan tangan dengan sempurna. Hari ini Gevariel ingin kencan dengan kekasihnya yang kini sedang bersemu merah karena perlakuannya. Masih merasa baru dengan perlakuan sebagai kekasih, bohong juga jika dikatakan dia biasa saja menggenggam jemari Rui.
Kantung celana Gevariel bagian kiri Gevariel bergetar. Menandakan ada beberapa pesan masuk untuknya.
“People looking at us,” gumam Rui.
“I love the attention though. Even not in the same way as I love you,” kata Gevariel langsung tembak tanpa memikirkan jantung Rui Shen yang semakin kacau. Dia tertawa kecil saat membaca pesan dan interaksi antara Travis Watanabe dan Miranda Kim. Travis benar-benar berlebihan sekali.
Ingin membalas, tapi tiba-tiba Juan Mahardika muncul. Akhirnya dia hanya menembakkan satu kalimat pembuat Vicky Zhang heboh.
Gevariel tersenyum miring membaca pesan yang pada akhirnya dia tidak balas. Langsung dimatikan ponsel itu tanpa peduli getaran-getaran selanjutnya. “Pak Bandi is not far away from us, masih sekitar dua mobil lagi baru persis di depan lobby. Mau langsung nyusul biar cepet, atau wait first?”
Rui Shen menggeleng, “menunggu dulu saja.”
“Kamu suka ya, digandeng gini?”
“Geva..” Rui Shen memukul lengan Gevariel pelan. Seperti pukulan kucing. Tidak ada rasa sakit sama sekali.
“Ayo, sayang. Mobilnya udah ada.”
Sayang, katanya. Jantung Rui Shen rasanya merosot ke kaki. Atau bahkan sudah terbang entah kemana.